Gara- gara takut patah hati lagi –setelah aku memutuskan mengakhiri perasaan khususku pada ketua kelasku di SD –aku bersumpah bahwa sebelum umurku 17 tahun, aku ga bakal pacaran. Kalo dipikir lagi..aneh juga ya pikiranku itu hohohohoho.. dan ternyata memang aku adalah gadis gentelman yang menepati janjiku, sampai- sampai aku sempat menderita alergi cowok (ini serius loh). Maka kehidupanku sebagai manusia yang mengejar cita- cita tanpa peduli cinta pun berlangsung selama bertahun- tahun.
Ketika tiba masa dimana usia enam belasku mendekati akhirnya, setelah aku mengevaluasi diri, ternyata rencanaku berantakan, dan hanya sanggup menepati inti sumpahnya saja plus bonus alergi cowok (buruk deh pokoknya). Ku lalui peringatan tujuh belasku itu dengan sederhana hahahaha...bersama teman- teman yang baik. Aku bahkan sudah ga kepengen lagi punya pacar, toh kehidupanku saat itu baik, sehingga mengejar cita- cita untuk lulus SMA dan lolos UM UGM lah yang lebih menyita perhatianku.
Namun takdir memang aneh. Sekitar tujuh hari setelah ulang tahunku, aku terpana melihat petugas piket hari itu. Selama beberapa detik, aku menatap punggungnya, bahunya yang lebar, dan dirinya yang sedang menghapus tulisan di papan tulis. Wow! Wow! Wow! Keren buangeeet.....! Entah mengapa khayalanku sampai pada sosok Sanosuke Sagara. Maka, dengan sangat aneh aku menyatakan bahwa pada saat itulah aku langsung jatuh cinta pada sosok yang piket menghapus papan tulis itu. OK, aku tahu ini konyol, tapi begitulah cinta masa remaja, penuh kejutan.
Sejak saat itulah, siSanosuke Sagara itu menjadi objek paling menarik seSMA. Setiap pagi, aku pasti memastikan sendiri kedatangannya. Setiap dia tidur di kelas saat istirahat, aku mencuri- curi pandang, bahkan mengabadikan peristiwa itu dengan sketsa. Ketika dia maju mengerjakan soal di papan tulis, aku akan menatapnya penuh sinar kekaguman. Ketika dia olah raga, aku pasti memberinya dukungan. Bahka saat pengajian Ahad pagi pun, aku taruhan dengan temanku, dia datang atau tidak hohohoho...Rasa sukaku makin melenceng dari garis logika. Namun begitulah wanita, dan ternyata aku pun wanita juga hahahahaha.....
Menyadari bahwa dia tak sama dengan Sanosuke Sagara, dan sadar bahwa setiap orang tidak mau disama- samakan dengan orang lain, maka ku ubahlah nama siSanosuke Sagara itu menjadi Rinosuke. Aku mengadakan selamatan dengan tumpeng nasi kuning lengkap dengan lauk pauknya, diiringi doa bersama agar nama baru tersebut membawa berkah bagi penyandangnya (Santai ajah, yang terakhir itu bohong kok ^_^).
Rinosuke adalah cowok paling keren menurut pandanganku. Rinosuke adalah cowok yang tidak bisa membaca comik, tidak sebanding dengan reputasiku. Rinosuke adalah cowok dengan kepandaian diatas rata- rata yang nilai- nilainya diatas nilai- nilaiku ketika dia rajin belajar sementara aku malas. Rinosuke adalah cowok yang bisa segala macam olah raga. Rinosuke adalah pria gentelman yang membela kebenaran dan keadilan. He..he..he..kok lama- lama lebay ya.... Fakta pentingnya, ternyata dia alergi cewek. Wakakakakakak...pas banget khan ma aku yang alergi cowok. Lebih tepatnya agak canggung berinteraksi dengan cewek.
Rasa suka, simpatik, sayang, dan cintaku begitu besar padanya seiring dengan bertambahnya waktu. Bahkan aku merencanakan untuk melamarnya menjadi suamiku. Untung saja ide gila itu tak ku laksanakan. Hahahaha..jangan- jangan dia langsung pingsan, repot aku. Pada Rinosuke inilah, aku merasakan perasaan yang sungguh- sungguh untuk pertama kalinya. Aku mendoakan kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraannya. Aku memperhatikan dirinya, aku histeris tiap tak sengaja melihat sosoknya, aku tak bisa tidur cepat setelah berbicara dengan dia. Yeah! Kekonyolan tingkat tinggi yang terus mewarnai hari- hariku di SMA. Parahnya, aku dan teman- temanku menyusup ke ruangan arsip guru, mencuri informasi tentang dirinya, dan sukses besra loh. Hahahaha!!!! Don’t try this at home! Aneh lah. Aku sendiri tak percaya aku bisa sekonyol itu. Kayak agen 007 ajah.
Perasaan resah karena cinta, target kelulusan, dan target masuk universitas, bercampur aduk menjadi tak karu- karuan dalam kehidupanku. Akhirnya, yah....sampai disanalah cerita bersamanya. Kami terpisah setelah lulus, oleh jarak dan waktu. Perasaanku tetap bertahan meski sudah kuliah. Aku hanya satu kali berjumpa dengan dia semenjak hari pembagian ijasah. Hingga tulisan ini di buat dan dipublikasikan, aku belum pernah berjumpa lagi dengannya.
Pada pertengahan semester tiga, dengan berat hati, sambil menatap gunung Merapi yang tampak biru cerah, aku memutuskan untuk mengakhirinya. Begitulah kisah ini ku akhiri. Aku tetap mengenang Rinosuke sebagai yang terbaik, dan mengabadikan kenangan itu dengan menyandang nama Rinosuke hingga saat ini. Hmm...kisah yang manis. Kalo mendadak ketemu Rinosuke, pasti aku langsung histeris! AAAAAAaaaaaaaaa!!!!!!
Pada pertengahan semester tiga, dengan berat hati, sambil menatap gunung Merapi yang tampak biru cerah, aku memutuskan untuk mengakhirinya. Begitulah kisah ini ku akhiri. Aku tetap mengenang Rinosuke sebagai yang terbaik, dan mengabadikan kenangan itu dengan menyandang nama Rinosuke hingga saat ini. Hmm...kisah yang manis. Kalo mendadak ketemu Rinosuke, pasti aku langsung histeris! AAAAAAaaaaaaaaa!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar