Berawal dari keanehanku dalam bidang musik, maka muncullah duo buku musik di kelas itu. Aku sebagai pemicunya, dan Zuzu sebagai korbannya. Karena melatih jari- jariku agar lancar bergerak diatas tuts piano, meja kayu ku pun sering ku pencet- pencet. Jari- jariku bergerak- gerak terus seakan sedang main piano. Hingga temanku yang duduk di depanku bilang, “ Jaimu sakit, El? Gerak- gerak sendiri.”
Meski tersinggung dan malu, toh akhirnya muncul penyelamat. Saat itu sedang demam serial Long Vocation di TV. Hampir semua anak di kelas nonton. Kebetulan tokoh utamanya, Sena, adalah mahasiswa jurusan musik dan guru les piano. Maka keanehan ku itu pun sedikit termaklumi. Kemudian Zuzu yang entah mengapa sangat senang pada serial itu, segera minta pada orang tuanya untuk membelikan piano. Sejak saat itu lah kami berdua rajin berdiskusi tentang lagu- lagu untuk latihan, kaset musik clasik, dan tuts piano. Ada perasaan keren, karena kami belajar membaca not balok. Ada perasaan aneh, tiap kami membicarakan lagu Bethoven, Mozart, Bach, atau Taikovsky. Dan begitu puasnya tiap kami berhasil memainkan satu lagu baru dari hasil latihan.
Aku pun berani menunjukkan pada Zuzu tiga buah lagu ciptaanku. Dia memujinya bagus, meski sebenarnya aku sadar betul itu teralu sederhana. Dia meminjam buku musik ku dan begitu pula sebaliknya. Kenangan saat kami tertawa terpingkal- pingkal karena tidak bisa mengikuti tempo lagu Rondo Ala Turca-nya Mozart.
Selain itu, aku pun termasuk sebagai anggota Marcing Band di sekolah. Aku sebagai menabuh Snar Drum. Dalam tim ini, ada 2 lagi bagian Snar Drum, mereka adalah dua dari anggota Gank gadis populer di sekolah. Selain itu satu orang bagian Tenor Drum, seorang bagian Bass Drum, dan juga tiga orang anggota melodi di Marchin Band. Kemudian pom pom girl-nya ada empat. Maka, muncullah kelompok Marcing Band di kelas ini. he..he..he..he..ketika kami sedang laku- lakunya tampil di berbagai acara, kelas langsung terasa sepi.
Waktu pun tanpa terasa berlalu begitu cepat. Hingga ujian akhir SMP pun tiba. Kami sibuk sekali belajar dan les. Maka piano kami pun merana. Marching Band dikurangi. Kenangan bersama kawan- kawan sekelas semakin terasa berwarna, karena kami pulang les di sekolah hingga sore.
Lalu, saat menunggu pengumuman kelulusan....aku mengejar ketinggalan latihan piano. Aku pun berhasil menguasai satu lagu baru. Bangganya aku. Hinga saat ini, itulah satu- satunya lagu paling rumit yang ku kuasai.
Aku bertekat, akan memperbanyak latihan dan melebarkan pengalaman. Niatanku aku akan belajar biola dan harpa juga. Mempelajari berbagai macam lagu- lagu clasik. Memburu partitur lagu clasic. Mendalami note balok. Cita- cita yang indah
Pada masa- masa kelas 3 SMP, aku menjalani hari- hari sebagai anggota kelas 3D yang rame, aneh, dan seru. Banyak kejadian yang menghiasi hari- hari ku di kelas itu.
Mulai dari cinta segi empat ga jelas antara aku, Zuzu, Sapu, Puji dan anak cewek kelas 3C. Gara- garanya si anak kelas sebelah yang terdeteksi naksir berat Sapu sejak kelas satu sirik banget ma Zuzui. Kebetulan Zuzunya juga suka ma Sapu. Eh..ternyata Puji, teman sebangku ku pun naksir abis pada Sapu. Nah, sebagai sohib mereka berdua (Puji dan Zuzu), aku netral saja. Celakanya Sapu duduk di depanku, sering ngobrol denganku pula. Jadi deh..aku dicemburuin Zuzu. Bahkan temen- temen sekelas langsung tahu kalau kami ada masalah, karena Zuzu tahu- tahu nangis- nangis gitu, mecahin penggaris, and ga mau bicara padaku gara- gara aku becanda dan ketawa- ketawa heboh sama Sapu pas Les. Ampun deh..kami khan membahas tentang lelucon konyol si Piput. Lalu saat wali kelas menghukum anak- anak yang dilaporkan sering ribut sendiri saat pelajaran, dan menukar teman sebangku beberapa anak. Naasnya si Puji di tuker sehinga dia berada di blok yang terpisah jauh dari Sapu. Ada acara nagis segala. Tambah puyeng deh diriku ini. Si Sapu bukannya membantu menyelesaikan masalah, dia malah curhat habis- habisan tentang anak kelas sebelah dan si Zuzu. Payah....
“ Aku bingung,El,” kata Sapu.
Aku diam.
“ Gimana ya?” tanya Sapu.
Aku diam.
(bersambung....)
Meski tersinggung dan malu, toh akhirnya muncul penyelamat. Saat itu sedang demam serial Long Vocation di TV. Hampir semua anak di kelas nonton. Kebetulan tokoh utamanya, Sena, adalah mahasiswa jurusan musik dan guru les piano. Maka keanehan ku itu pun sedikit termaklumi. Kemudian Zuzu yang entah mengapa sangat senang pada serial itu, segera minta pada orang tuanya untuk membelikan piano. Sejak saat itu lah kami berdua rajin berdiskusi tentang lagu- lagu untuk latihan, kaset musik clasik, dan tuts piano. Ada perasaan keren, karena kami belajar membaca not balok. Ada perasaan aneh, tiap kami membicarakan lagu Bethoven, Mozart, Bach, atau Taikovsky. Dan begitu puasnya tiap kami berhasil memainkan satu lagu baru dari hasil latihan.
Aku pun berani menunjukkan pada Zuzu tiga buah lagu ciptaanku. Dia memujinya bagus, meski sebenarnya aku sadar betul itu teralu sederhana. Dia meminjam buku musik ku dan begitu pula sebaliknya. Kenangan saat kami tertawa terpingkal- pingkal karena tidak bisa mengikuti tempo lagu Rondo Ala Turca-nya Mozart.
Selain itu, aku pun termasuk sebagai anggota Marcing Band di sekolah. Aku sebagai menabuh Snar Drum. Dalam tim ini, ada 2 lagi bagian Snar Drum, mereka adalah dua dari anggota Gank gadis populer di sekolah. Selain itu satu orang bagian Tenor Drum, seorang bagian Bass Drum, dan juga tiga orang anggota melodi di Marchin Band. Kemudian pom pom girl-nya ada empat. Maka, muncullah kelompok Marcing Band di kelas ini. he..he..he..he..ketika kami sedang laku- lakunya tampil di berbagai acara, kelas langsung terasa sepi.
Waktu pun tanpa terasa berlalu begitu cepat. Hingga ujian akhir SMP pun tiba. Kami sibuk sekali belajar dan les. Maka piano kami pun merana. Marching Band dikurangi. Kenangan bersama kawan- kawan sekelas semakin terasa berwarna, karena kami pulang les di sekolah hingga sore.
Lalu, saat menunggu pengumuman kelulusan....aku mengejar ketinggalan latihan piano. Aku pun berhasil menguasai satu lagu baru. Bangganya aku. Hinga saat ini, itulah satu- satunya lagu paling rumit yang ku kuasai.
Aku bertekat, akan memperbanyak latihan dan melebarkan pengalaman. Niatanku aku akan belajar biola dan harpa juga. Mempelajari berbagai macam lagu- lagu clasik. Memburu partitur lagu clasic. Mendalami note balok. Cita- cita yang indah
Pada masa- masa kelas 3 SMP, aku menjalani hari- hari sebagai anggota kelas 3D yang rame, aneh, dan seru. Banyak kejadian yang menghiasi hari- hari ku di kelas itu.
Mulai dari cinta segi empat ga jelas antara aku, Zuzu, Sapu, Puji dan anak cewek kelas 3C. Gara- garanya si anak kelas sebelah yang terdeteksi naksir berat Sapu sejak kelas satu sirik banget ma Zuzui. Kebetulan Zuzunya juga suka ma Sapu. Eh..ternyata Puji, teman sebangku ku pun naksir abis pada Sapu. Nah, sebagai sohib mereka berdua (Puji dan Zuzu), aku netral saja. Celakanya Sapu duduk di depanku, sering ngobrol denganku pula. Jadi deh..aku dicemburuin Zuzu. Bahkan temen- temen sekelas langsung tahu kalau kami ada masalah, karena Zuzu tahu- tahu nangis- nangis gitu, mecahin penggaris, and ga mau bicara padaku gara- gara aku becanda dan ketawa- ketawa heboh sama Sapu pas Les. Ampun deh..kami khan membahas tentang lelucon konyol si Piput. Lalu saat wali kelas menghukum anak- anak yang dilaporkan sering ribut sendiri saat pelajaran, dan menukar teman sebangku beberapa anak. Naasnya si Puji di tuker sehinga dia berada di blok yang terpisah jauh dari Sapu. Ada acara nagis segala. Tambah puyeng deh diriku ini. Si Sapu bukannya membantu menyelesaikan masalah, dia malah curhat habis- habisan tentang anak kelas sebelah dan si Zuzu. Payah....
“ Aku bingung,El,” kata Sapu.
Aku diam.
“ Gimana ya?” tanya Sapu.
Aku diam.
(bersambung....)